Postingan

FIRDAUS DI PUNCAK BINAIYA

Gambar
Suara tifa menggema lirih Di antara kabut dan puncak sunyi Gunung Binaiya tak bersuara Hanya angin yang bawa kisah Tentang seorang tamu dari jauh Yang pulang tanpa kata tinggal nama Langkah-langkahmu pernah jejak Di tanah alifuru yang penuh wangi Tifa dan tahuri menyambutmu Kasturi menari di ujung pagi Namun rimbun hutan menyimpan rahasia Dan sunyi menjadi penuntun terakhir Firdaus, bukan hanya nama Tapi cahaya di jalur Binaiya Bukan hanya tubuh yang menapak Tapi jiwa yang mencari tinggi Kini engkau lelap di peluk bumi Dalam rumah yang dibangun sunyi. Dong bilang itu taman Eden Tempat paling dekat dengan langit Tapi Firdaus, engkau tahu Kadang surga tak selalu penuh tawa Kadang gunung pun menangis Di balik batu dan dedaunan basah Beta rasa Maluku simpan luka Aer mata jatuh di hutan-hutan tua Ale datang bawa semangat Ale tinggal kasih kenangan Gunung Binaiya jadi saksi Bahwa langit pernah memelukmu Selamat tidur di puncak abadi Di taman Eden yang kau daki sendiri Beta dan dong pung hati...

LEMBAH AIMOTO, RUMAH TERAKHIR FIRDAUS

Gambar
  Di langit Maluku yang lirih angin membawa kabar pilu dari puncak Binaiya sebuah nama disebut dalam doa dan tangis  Firdaus Ahmad Fauzi pejalan sunyi yang menapak jejak sunyi di atas tanah yang tua, di hutan yang menyimpan rahasia langit Gunung Binaiya bukan hanya tumpukan bebatuan dan akar yang menggeliat ia adalah tubuh raksasa yang menyimpan mistik dan bisik-bisik leluhur di setiap rimbun dedaunan ada suara yang tak bisa dijawab dan Firdaus, ia datang bukan untuk menantang tapi mencari makna dalam kesunyian alam Langkahnya hilang seperti bisikan yang direnggut angin berhari-hari bumi mencarinya malam-malam gelap merintih dan doa-doa di bumi bersahut dengan langit "Dimana engkau, wahai anak manusia?" Lalu Aimoto menjawab Lembah itu, sunyi seperti rahim tenang seperti akhir dari segala gelisah Di sanalah Firdaus berbaring bukan dalam pelukan ketakutan tapi dalam damai yang tak bisa dijelaskan oleh kata Wahai Aimoto engkau bukan sekadar lembah, engkau adalah tempat terakhir ...

API PERJUANGAN PATTIMURA

Gambar
Dari tanah Nusa Ina, sampe Nusa Apono sampe ka Lease bergema suara Kapitan Pattimura, Manawa Maluku yang perkasa Yang seng tunduk par rante deng meriam penjajah Di hatinya menyala api yang seng pernah lelah Di Ambon bergolak semangat membara Menyerukan rakyat “Bersatu deng jang menyerah” Bukan sekadar Parang deng Salawaku di tangan Tapi tekad merdeka yang seng bisa ditawan. Darahmu mengalir di nadi bangsa Membakar semangat anana Indonesia Meski tubuhmu ditikam sejarah Ale pung nama abadi, seng lapuk oleh waktu yang lelah Hari ini katong mengenang jejakmu yang mulia Upu Kapitano Pattimura yang perkasa Benteng Durstede jadi saksi, ale punya perlawanan yang setia Di setiap doa, di setiap jiwa yang merdeka Kapitan Pattimura, pahlawan sejati Ale pung Api perjuangan terus katong warisi Yusuf Fesanlauw Bula, 14 Mei 2025

UNTUK FAUZI DI PELUKAN BINAIYA

Gambar
  Di antara sunyi kabut dan bisik hutan ada langkah yang tak kembali dalam waktu yang diam Gunung Binaiya menyimpan nama yang tak kunjung pulang ke pelukan Ina  Langit menyaksikan, tanah menyimpan jejak kami tak ingin diam, tak ingin menyerah Dalam dingin dan terjalnya jalan ada harapan yang tetap menyala dan tak padam Mari kita satukan tangan dan hati untuk sahabat yang kini dicari Setiap rupiah adalah cahaya membantu menerangi jalan pulangnya Tak semua pahlawan punya jubah dan senjata ada mereka yang berjuang membawa doa dan dana Demi yang hilang, demi harapan mari kita bantu, jangan tinggalkan _y.f Bula, 12 Mei 2025

DOA DI RIMBA MANUSELA

Gambar
  Di balik kabut yang menari di punggung Binaiya, rimba Manusela berbisik membawa kabar antara dunia yang tampak dan yang gaib di sanalah jejakmu hilang di antara akar, batu, dan diamnya hutan di selatan Langit berselendang awan abu tanah bernafas lewat embun dan nyanyian serangga setiap daun menjadi saksi setiap bayang menyimpan tanya ke mana langkahmu pergi? Dengan kain berang di kepala, kami membalut niat dengan tifa kami tabuh harapan langkah kami iringi doa dan mantera dari tetua agar Upu Lahattala sudi membuka jalan Kami datang dengan lampu dan doa menyusuri jalur sunyi yang tak semua manusia lewati memanggil namamu di sela desir angin berharap semesta menjawab dengan satu tanda, satu suara, satu napasmu kembali Gunung Binaiya ini sakral  bukan sekadar batu dan pohon ia hidup, menyimpan cerita dan rahasia tapi kami datang bukan menantang kami datang membawa kasih dan harapan Wahai engkau yang hilang di pelukan hutan dengarlah suara cinta yang memanggil dari keluarga yang...

BAYANG LELUHUR DI UJUNG TOMBAK

Gambar
  Wahai leluhur, sang bayang abadi yang berjalan di antara nyala dan sunyi engkau bukan sekadar nama yang dilafazkan kau adalah doa yang kami genggam dalam setiap nadi dan darah kehidupan Dalam gemuruh angin dan gelegar petir kami dengar suaramu, lirih tapi menggetarkan batin "Berjuanglah, bukan untuk menang semata tapi untuk menegakkan kebenaran yang terlupa" Kau wariskan bukan hanya senjata tapi juga sikap, arah, dan jiwa kau ajarkan bahwa luka adalah bahasa dan keberanian bukan tentang siapa yang kuat tapi siapa yang tetap berdiri meski dikhianat Langit menjadi saksi sumpahmu dahulu dan kami, anak cucumu, menjadi penerus yang berseru: "Takkan kami biarkan warisan ini terhapus takkan kami diam saat keadilan dirampas secara halus." Wahai leluhur, di puncak arwah para pejuang namamu abadi, jiwamu terus berjuang dan selama darah kami masih mengalir api semangatmu tak akan pernah berakhir Yusuf Fesanlauw Bula, 16 April 2025 . .  Notes : replika kehidupan leluhur dulu ...

PENGHUJUNG RAMADHAN

Gambar
  Di waktu petang, saat kapitang² keluar dari rumah² soa membawa sagu di dalam lopa² mapina², wawina keku sagu di atas dulang menunaikan rukun islam yang ke tiga semua kapitang, raja, nyora, dan rakyat bertakbir seraya merayakan kemenangan di penghujung ramadhan banyak anak² yang bermain kembang api yang di tembak sampai ke puncak binaya seraya memberi kabar kepada semesta kepada penghuni penjuru Nusa Ina bahwa kemenangan telah didepan mata Dari ujung Timur Airnanang sampai ke ujung barat tanjung haya dari ujung selatan Tehoru sampai ke ujung utara Wahai dari kali Tala, Eti, Sapalewa, Bobot sampai dengan Masiwang semua Kapitang² berkumpul di puncak Murkele mereka beramai ramai memukul tifa berkulit binatang Semua orang dengan bahagia bertakbir kepada upu Allah Ta'ala sang Pencipta semesta Bahwa hari kemenangan ini telah tiba _yf Bula, 09 April 2024