KEBAKARAN DAN HANGUS NYA NURANI



Di persimpangan jalanan kota

langit merah menyala-nyala

asap hitam menari-nari, menelan cahaya

Anak kecil menangis di pelataran bara

lantai-lantai memanas, nyawa nyaris lepas


Namun di barisan paling depan

bukan selang, bukan tangan

melainkan jari-jari tenang

menggeser layar, membidik nyala terang


Yang datang hanya layar

mata tajam tapi hati tumpul

Bukan air yang dibawa

melainkan followers yang dikejar


Api menjilat jendela

sementara lensa menangkap derita

bukan untuk peduli, bukan untuk bertindak

melainkan untuk konten yang di targetkan meta


Anak kecil menggenggam boneka hangus

ibunya memanggil, suaranya putus

Tapi di balik kerumunan berdiri tenang

warga-warga dengan mode potret terbuka lebar


Sebenarnya kita bisa jadi penolong

namun kalian cepat mengunggah daripada menolong

Apa arti jadi manusia? 

jika musibah pun jadi bahan konten meta


Apa gunanya mata jika tak bisa melihat derita

Apa gunanya hati jika tak bisa merasa

Hari ini bukan hanya rumah yang hangus

tapi nurani kita yang telah jadi abu

di bawah kilau kamera


Apakah kepedihan kini harus punya filter?

Apakah peduli hanya bisa kita unggah?

mari berhenti sejenak, matikan ponselmu

mari jadi air, bukan konten kreator aer-aer


Bula, 10 Juni 2025


Note : terimakasih untuk semua pihak

(damkar, kepolisian, TNI, masyarakat dan semua orang yang terlibat)

yang telah membantu, bahu membahu untuk sama2 padamkan api

Komentar

Postingan populer dari blog ini

NYANYIAN TERAKHIR DI GUNUNG BINAIYA

MARTAFONS