NYANYIAN TERAKHIR DI GUNUNG BINAIYA
Di puncak sunyi Gunung Binaiya
Empat jiwa kini abadi di langitnya
Paul Claxton, pelintas waktu di tahun delapan tujuh
Fitrah, Amelia, dan Firdaus pun turut menyatu
Dalam bisik kabut yang mengalun ragu
Paul 1987 dan Fitrah 2014 menembus Kanikeh
jalur utara yang menyimpan kisah yang lelah
Hutan Manusela menyelimuti tubuhnya
dengan bisikan burung kaka tua dan cahaya
Amelia 2017 dan Firdaus 2025 melangkah perlahan
melewati Negeri Piliana yang menawan
dengan suara tifa memanggil dari kejauhan
tahuri bersahut dan katong huele dalam kesunyian
Hutan Manusela mengurung dalam pelukannya
Rusa berlari, tinggalkan bayangan di ujung senja
Suara burung Kaka tua memanggil dan menggema
Seakan-akan menyampaikan salam dari rimba yang penuh rahasia
Orang-orang Alifuru berdiri dalam diam
membacakan doa lewat hentakan alam
Angin membawa nama mereka ke langit
menjadi kabut, menjadi purnama yang bangkit
Pulau Seram, mistismu menyelinap di akar
Tifa dan Tahuri berdentum samar
Di celah nyanyian-nyanyian Kapata yang bersahaja
Ada kisah yang tak lekang oleh masa
Mereka bukan hilang, hanya berpulang
Menjadi roh penjaga puncak dan jurang
Menyatu dengan kabut, angin, dan embun
Menjaga Binaiya dari balik sunyi yang berselimut bulan
Kini kami datang, menunduk dan hening
Menyebut nama-nama dalam doa yang dingin
Paul Claxton, Fitrah Widianwari, Amelia Sinarta dan Firdaus Ahmad Fauzi
Semoga damai selamanya menjadi rumah kalian di Rimba Manusela
Tenang dalam keabadian di pelukan Binaiya
Yusuf Fesanlauw
Bula, 22 Mei 2025
Komentar
Posting Komentar